Bulan tahun 2023, saya memutuskan untuk resign dari salah satu perusahaan manufaktur yang memiliki cabang di Papua. Tempatnya berada di Kampung Amyu, Arso Timur, Keerom, Papua. Banyak cerita menarik yang saya alami selama 5 tahun di sana, suka duka yang tak pernah lepas dari keseharian. Dan inilah bagian dari cerita perjalanan hidup yang menarik itu.
Kampung Amyu
Kampung Amyu adalah sebuah desa kecil yang terletak di Arso Timur, Kabupaten Keerom, Papua. Sampai saya meninggalkan kampung itu, belum banyak perubahan yang berarti; masih sedikit penduduk yang tinggal. Kebanyakan adalah warga lama yang telah menetap dari beberapa generasi. Tak banyak aktivitas yang berbeda dengan apa yang dialami kebanyakan orang yang tinggal di pedesaan. Hari-hari selalu berinteraksi dengan orang yang sama. Kadang akan bertemu orang baru hanya saat ada kunjungan dari luar kota ke perusahaan atau ke Kampung Amyu.
Untuk bisa keluar kampung seperti ke Kota Jayapura, orang-orang harus menggunakan kendaraan pribadi. Sampai saya resign, tidak ada kendaraan umum yang beroperasi, baik dari luar atau dari kampung itu sendiri. Bermodalkan kendaraan pribadi, biasanya perjalanan akan terasa cukup lama. Karena memang jaraknya ke daerah pusat pasar yang ramai cukup jauh. Tapi itu bukan hal yang berat, karena memang sudah biasa menempuh jarak yang demikian; kebiasaan membuat terasa dekat.
Biasanya warga lebih banyak turun (bahasa keluar ke kota) di saat baru saja gajian. Di Arso 2, tempat yang ramai jualan, biasanya sudah ramai orang yang berbelanja, yang mana mayoritas adalah warga Kampung Amyu. Tak berbeda dengan kebanyakan orang, saya dan teman kerja juga selalu melakukan aktivitas yang sama di saat ada waktu luang. Begitu pekerjaan beres, kami selalu merencanakan untuk turun. Tak selalu bersama-sama, karena sendiri juga menyenangkan.
Tak ada sesuatu yang dihawatirkan, selama 5 tahun di kampung itu, keadaan selama perjalanan selalu aman saja. Penduduk sekitar yang sudah terbiasa dengan aktivitas keluar masuk seperti sudah terbiasa untuk tidak melakukan hal yang diluar kewajaran, selalu menjaga kebersamaan. Memang tetap ada yang meresahkan, tapi hanya sebatas orang mabuk, tidak sampai menyakiti. Bukan berarti orang kampung tidak baik. Mungkin mereka hanya minum berlebihan, makanya kadang sulit terkendali. Tapi ya seperti yang saya bilang, masih di batas kewajaran. Saya malah lebih berani berkendaraan tengah malam di kampung ini sendiri dibandingkan saat masih di Kota Medan.
Justru yang meresahkan kadang adalah hewan hutan yang berkeliaran di jalan. Kadang ada babi, rusa, bahkan ular. Kebanyakan bertemu ular. Sebagai orang yang sangat takut akan ular, kadang saya harus menunggu ular tersebut menyeberang jalan lalu melanjutkan perjalanan haha.
Di Arso 2, kadang saya dan teman kerja hanya nongkrong 2 sampai 3 jam lalu naik lagi (bahasa kembali pulang). Karena jadwal kerja yang cukup padat, aktivitas turun bukan hanya soal isi dompet, tapi soal waktu luang. Andai Arso 2 dekat, mungkin setiap malam akan nongkrong bersama. Kalau dirasa butuh sesuatu yang lebih, kami memilih untuk turun lagi ke Kota Jayapura. Seperti nonton film di bioskop; hanya ada di Jayapura.
Bukan hanya nongkrong, saat di Arso 2 kami biasanya akan membeli semua kebutuhan minimal untuk seminggu ke depan. Karena bila beli di atas harganya naik cukup signifikan, dan juga mungkin barang yang kita cari tidak ada. Kendaraan akan penuh dengan barang bawaan saat selesai dari Arso 2 atau Kota Jayapura.
Pabrik: Rumah Kedua
Sebenarnya pabrik malah bisa dibilang rumah pertama, karena waktu beraktivitas dalam sehari lebih banyak di pabrik. Jadwal kerja di perusahaan ini berbeda bagi beberapa orang. Ada yang masuk pukul 07.00 WIT pulang sore (kadang malam), ada yang masuk tengah hari pulang malam, tergantung perjanjian kerja dan kebijakan perusahaan, paruh waktu dan purna waktu.
Perusahaan tempat saya bekerja memproduksi bahan baku yang sedang banyak dibutuhkan di pasar global. Jadi sangat wajar bila aktivitas kadang tak menentu, tergantung bahan baku yang kami miliki. Semakin banyak bahan bakunya, semakin lama pula aktivitas di pabrik. Saya bekerja di bagian listrik, jadi kelistrikan pabrik menjadi tanggung jawab saya. Kami diberi tempat khusus yang namanya workshop. Bukan hanya orang listrik, ada juga orang maintenance. Jadi di workshop kami harus memastikan pabrik tidak ada masalah saat operasional. Preventive, perawatan, dan perbaikan adalah hal yang setiap hari kami lakukan.
Saya dan teman saya (sebut saja namanya Bunga) biasanya harus datang lebih awal di pabrik untuk memastikan pabrik siap untuk melakukan proses pengolahan. Bila lancar, dan kerjaan lain beres, biasanya kami akan memastikan kopi dan gorengan siap untuk dinikmati.
bersambung...
Post a Comment