Sudah lebih dari sepuluh tahun rasanya tidak lagi merasakan indahnya kebersamaan dengan teman-teman yang sesungguhnya, bagaimana pikiran ini selalu setuju untuk bertemu kembali. Cerita ini berawal dari langkah kaki pertama ku di salah satu jalan di Kota Medan, jalan STM.
Memasuki masa SMA, tepatnya pada tahun 2004, saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah di Kota Medan, di salah satu sekolah yang berada di daerah SP. Limun Medan. Sekolah ini berada di Jl. STM, Sakti Lubis. Sebelum meninggalkan bangku SMP, saya memang sudah menetapkan keinginan untuk melanjutkan SMA di Kota Medan. Bukan karena ingin coba-coba, tapi memang karena sekolah yang saya harapkan tidak ada di sekitar daerah rumah, yaitu Tanjung Morawa (berada tidak jauh dari perbatasan Kota Medan).
Apa yang membawa saya ke tempat ini bukanlah sesuatu yang tidak disengaja, semua berawal dari ketertarikan akan dunia listrik. Pada waktu itu kebetulan saya memang sangat tertarik akan semua hal yang berhubungan dengan listrik, bahkan sampai saat ini. Itulah sebabnya saya berusaha untuk bisa melanjutkan sekolah menengah atas pada jurusan yang saya sukai, yaitu teknik listrik. Kebetulan untuk jurusan tersebut memang ada, tapi tidak di SMU melainkan SMK.
Saya melanjutkan sekolah di SMK Negeri 2 Medan. Sebelumnya sekolah ini bernama STM Negeri 1 Medan. Mungkin ini juga yang menjadikan nama jalan di sekolah ini menjadi jalan STM. Sekolah ini diapit oleh dua sekolah negeri juga, yaitu SMK Negeri 7 Medan dan SMK Negeri 3 Medan. Untuk SMK Negeri 7 merupakan sekolah kejuruan ekonomi akuntansi, sedangkan SMK Negeri 3 merupakan sekolah kejuruan teknik kimia. Bila di SMK Negeri 2 siswanya adalah mayoritas laki-laki, sebaliknya di SMK Negeri 7 siswanya adalah mayoritas perempuan. Untuk SMK Negeri 3, perbandingan laki-laki dan perempuan tidak terlalu signifikan.
Singkat cerita saya menjalani hari-hari sebagai siswa di sekolah tersebut. Karena belum terbiasa berada di antara siswa yang mayoritas laki-laki, saya berpikir akan bosan untuk melewati masa sekolah di sini, meskipun pada saat itu ketertarikan akan dunia listrik adalah hal yang lebih membuat saya penasaran.
Saya masih ingat kami harus menjalani beberapa hari ospek di sekolah, yang bertujuan untuk melatih mental sebelum menjalani status sebagai siswa. Karena belum tahu seberapa disiplinnya sekolah ini, beberapa hari terasa begitu lama. Walaupun saya termasuk orang yang tidak mempermasalahkan yang namanya ospek, tapi caranya yang cukup menguras tenaga membuat saya malas melanjutkan.
Selama pelatihan ospek ada saja yang membuat kami tertawa. Hal-hal kecil yang belum pernah dirasakan sebelumnya saya dapatkan pada saat itu. Dari beberapa teman yang berbagi cerita, bisa saya simpulkan bahwa kami adalah kumpulan dari beberapa individu yang datang dari tempat yang kehidupan sosialnya berbeda-beda. Mungkin ini yang menjadi alasan mengapa beberapa hal-hal unik tersebut terasa masih baru didengar, karena mereka semua membawa cerita unik dari tempat tinggalnya masing-masing. Dan ini adalah cerita awal mengapa mereka jadi begitu spesial.
Ospek berlalu, kami siap untuk memasuki ruangan masing-masing. Beberapa jurusan terdiri dari dua atau tiga pembagian. Teman-teman ospek yang sebelumnya adalah merupakan campuran dari beberapa bagian tersebut kini menjadi berada di satu ruangan yang baru, kami jadi mendapati beberapa teman baru. Seperti biasa, satu minggu awal masih terasa santai, guru masih memberikan pelajaran berupa pengenalan, kami masih menikmati suasana sekolah sebagai siswa baru.
Berbeda dengan masa SMP yang masih ada teman perempuan, akan sangat seru berolahraga bersama. Faktor adanya lawan jenis dan masa puber sudah menjadi hal lumrah kenapa pelajaran olahraga bukan pelajaran yang tidak disuka. Bila di SMK hal ini tidak akan didapat, karena di SMK ini siswanya adalah mayoritas laki-laki, saat pelajaran olahraga hal yang menyenangkan hanya saat bermain bola bersama. Kami akan sangat setuju bisa pak guru menyuruh kami untuk mengambil bola dan bermain di lapangan. Ada beberapa yang lain juga senang karena bisa pergi ke kantin untuk bersantai. Bila
Ada cerita lucu di saat pelajaran olahraga. Jadi guru olahraga kami adalah orang yang disiplin. Hal apapun yang berhubungan dengan pelajarannya akan disanksi bila dilanggar, termasuk tidak membawa pakaian olahraga. Entah mengapa di hari pelajaran olahraga ada saja yang lupa membawa pakaian olahraga, termasuk saya. Pak guru biasanya akan bertanya dulu mengapa tidak membawa pakaian olahraga, dan kami pun menjawab dengan jawaban klasik: "lupa, pak", "belum kering, pak", "dipinjam, pak". Mungkin karena sudah biasa mendengar hal tersebut, pak guru langsung memarahi sambil mengejeki kami yang tidak membawa pakaian olahraga. Bukannya kasihan pada teman sendiri, kami semua biasanya ikut tertawa. Tapi yang paling saya suka dari mayoritas pribadi kami adalah setelah pelajaran tersebut tidak ada lagi yang membahas hal memalukan itu, mungkin berpikir juga kalau suatu saat akan dapat jatah yang sama. Sering waktu berjalan, kami jadi tahu strategi untuk menghindari sanksi dari pak guru, yaitu berpura-pura sakit. Dengan muka yang terlihat lemas, biasanya kami akan dengan percaya diri menjelaskan mengapa tidak mengganti pakaian olahraga. Sialnya, ternyata benar kalau pengalaman tidak bisa dibohongi. Pak guru dengan santai berkata: "sakit? tunjukkan dulu pakaian olahraga, nanti kau bilang sakit rupanya lupa kau bawa". Karena merasa sudah tidak ada harapan, kami pun pada akhirnya jujur, dan kena hajar lagi. seperti biasa, tawa dari teman-teman yang lain menambah penderitaan pada saat itu.
Sebenarnya bukan hanya guru olahraga yang begitu tegas dan disiplin, hampir semua guru juga melakukan hal yang sama, salah satu cerita lainnya adalah dari guru BP. Pak guru ini unik, dia begitu tegas hanya pada cara berpakaian. Bila dia melihat siswa yang berpakaian bajunya tidak dimasukan ke dalam celana, akan langsung diceramahi di tempat. Itulah sebabnya bila masih berada di lingkungan sekolah semua siswa akan terlihat begitu sopan dan rapi. Pernah ada teman yang lupa untuk memasukan bajunya ke dalam celana, dari kejauhan pak guru langsung memanggil. Tahu kalau ada kemungkinan ikut diceramahi, biasanya kami yang berada di dekat tempat tersebut akan langsung menghilang entah kemana. Perlu waktu cukup lama untuk menunggu teman itu kembali, mungkin dapat ceramah dari A sampai Z.
Bagi saya hari-hari memang terasa begitu berbeda. Cara sekolah yang begitu disiplin justru membuat kami memiliki banyak cerita seru yang sulit dilupakan. Dan cerita lain yang tak bisa dilupakan adalah...
Dan orang terakhir yang ingin saya ceritakan adalah kepala sekolah kami pada saat itu. Saya tidak mengenalnya secara pribadi. Jarangnya berinteraksi dan status yang cukup membuat jarak membuat kami tidak terlalu mengenal bapak itu secara pribadi. Tapi saya yakin bagi kami yang menjadi siswanya pada saat itu akan mayoritas setuju kalau bapak itu adalah kepala sekolah yang terbaik. Bagaimana tidak, semasa kami menjalani sekolah dan dia menjabat, banyak keputusan penting yang berdampak pada kemajuan siswa dan sekolah. Bukan hanya hanya dari segi pelajaran dan fasilitas, cara dia berinteraksi sosial memberikan kami pelajaran berharga untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Hampir setiap hari dia akan berada di sekolah terlebih dahulu dari guru dan siswa yang lain. Bayangkan saja pada saat itu batas jam masuk sekolah adalah pukul 07.15 wib. Bukanya datang diantar pukul 7 wib, bapak itu justru sudah datang satu jam sebelumnya, yaitu sekitar pukul 6 wib. Hal ini bisa saya pastikan karena saya pernah datang lebih awal ke sekolah, yaitu sekitar pukul 6 lewat, dan ternyata mobil bapak itu sudah parkir di tempat biasa. Apa yang dia lakukan pada jam tersebut? mengutip dedaunan yang berguguran di lapangan depan sekolah. Saya tidak tahu bagaimana cara dia yang sebenarnya, mengatur orang-orang disekitarnya. Yang jelas, dari salah satu contoh tersebut secara tidak langsung kami belajar sebuah hal: kalau kamu ingin didengar atau diikuti, tunjukkanlah apa yang sebenarnya harus dilakukan. Saya rasa sebagai manusia normal kita tidak akan membantah saat dia memberikan sangki bila pada saat itu kita terlambat masuk sekolah, karena dia telah memberi contoh disiplin, yaitu berusaha hari lebih awal berada di sekolah.
Jadi pada saat itu (mungkin sampai sekarang), semua siswa yang masuk pagi diwajibkan untuk mengutip beberapa sampah atau daun yang ada di halaman depan sekolah. Kebiasaan ini sudah menjadi budaya sejak lama, dan memang adalah budaya yang baik. Karena dengan begitu sekolah kami menjadi selalu terlihat bersih. Beberapa orang akan mencoba mengelabuhi pak guru yang mengawasi pintu gerbang dengan membawa sampah sedikit, bila ketahuan pasti disuruh untuk mengambil sampah yang lain. Tapi ada juga yang begitu semangat membawa banyak sampah. Tahu kenapa? itu karena dia merasa sedang melakukan kesalahan. Biasanya yang seperti itu merupakan siswa yang memiliki rambut yang panjang, sepatu yang berbeda, atau atribut pakaian yang tidak lengkap. Berharap tidak jadi perhatian, kebanyakan justru tertangkap basah dan ditahan sebentar untuk diceramahi.
Ini hanya sedikit cerita dari jalan STM pada saat itu, mungkin di artikel lainnya saya bisa berbagi cerita yang lain. Saya tahu Anda yang sedang membaca mungkin tidak akan bisa merasakan apa yang kami rasakan pada saat itu, saya bukan penulis novel handal yang mampu membawa Anda berimajinasi. Yang jelas, cerita ini akan selalu ada di ingatan saya.
Post a Comment